Intan Gisella Andriani, dan Aku Hidup di Antara Cerita-Cerita Drama Korea
Halo! Aku Intan Gisella Andriani, tapi teman-teman biasa manggil aku Gisel. Di media sosial, aku aktif dengan username int_gisel
atau int.gisel
. Aku bukan siapa-siapa—hanya cewek biasa dengan hobi yang luar biasa: tenggelam dalam dunia drama Korea.
Bagi sebagian orang, nonton drama mungkin cuma hiburan ringan setelah kerja atau kuliah. Tapi buatku, KDrama adalah ruang pelarian yang paling jujur. Tempat di mana aku bisa menangis tanpa alasan yang memalukan, tertawa karena hal-hal kecil, bahkan belajar jadi manusia yang lebih empatik.
Awal dari Segalanya
Aku masih ingat banget saat pertama kali kenal drama Korea. Waktu itu aku masih SMA, dan teman sebangkuku ngenalin aku ke Boys Over Flowers. Awalnya aku skeptis, ngerasa ini cuma drama cinta remaja Korea yang lebay. Tapi begitu aku tonton satu episode… tamat. Dunia aku langsung berubah.
Setelah itu aku mulai maraton drama tanpa henti. Mulai dari yang ringan kayak Weightlifting Fairy Kim Bok Joo, sampai yang gelap kayak Stranger. Rasanya seperti menemukan dunia baru yang penuh warna, penuh emosi, dan tetap terasa dekat meski berbeda budaya.
Dari Penonton Jadi Penulis
Lama-lama aku nggak puas cuma jadi penonton. Tiap habis nonton drama yang bagus, aku selalu pengen nulis—nulis perasaan, kesan, bahkan teori-teori liar tentang jalan cerita. Akhirnya aku mulai posting review di Wattpad (lihat akun Wattpad-ku), Telegra.ph, sampai Caramella.
Misalnya, waktu aku menonton Squid Game, aku menulis ulasan panjang tentang pesan moral di balik kompetisi mematikan itu, dan bahkan sempat menganalisis petunjuk-petunjuk tersembunyi di ending season pertamanya.
Beberapa review-ku juga muncul di Caramella, dan aku sempat bahas permainan baru yang muncul di Squid Game 2. Ada juga tulisan reflektifku di Patreon yang bercerita tentang bagaimana drama bisa menginspirasi perubahan personal.
Kenapa Drama Korea?
Buatku, drama Korea berbeda karena cara mereka menyampaikan emosi itu khas dan penuh rasa. Mereka nggak cuma cerita soal cinta-cintaan. Banyak drama Korea yang secara cerdas mengangkat isu sosial, trauma keluarga, perjuangan hidup, bahkan eksistensialisme.
Contohnya, Move to Heaven ngajarin aku tentang makna kehilangan. It’s Okay to Not Be Okay membuatku lebih memahami luka batin. Dan Hospital Playlist? Ia mengajarkan bahwa keseharian yang sederhana pun bisa penuh kehangatan dan makna.
Komunitas yang Menumbuhkan
Perjalananku makin kaya ketika aku bergabung di berbagai komunitas online. Di MyDramaList, aku bisa tulis daftar tontonan dan kasih rating. Di forum AllKpop, aku diskusi bareng pecinta KPop dan KDrama lainnya. Bahkan aku sempat diskusi panjang soal Park Su-ha di I Can Hear Your Voice di forum SPBE Surakarta.
Dari komunitas juga aku belajar bahasa Korea dasar, meski sampai sekarang masih suka ketukar antara “sunbae” dan “ajusshi” . Aku juga pernah bantu tim fansub menerjemahkan beberapa drama pendek ke Bahasa Indonesia. Rasanya senang bisa jadi bagian kecil dalam menyebarkan cerita ke lebih banyak orang.
Kehidupan Sehari-hari
Di balik layar, aku masih kuliah di jurusan komunikasi sambil freelance jadi penulis konten. Malam hari adalah waktuku untuk “bertemu” drama. Ritualku simpel: teh hangat, headset, lampu temaram, dan episode baru. Aku bukan tipe yang suka keluar rumah, karena jujur saja, aku sudah punya dunia sendiri: dunia cerita.
Teman-temanku bilang aku aneh karena suka nyambungin curhatan mereka dengan kutipan dari drama. Tapi herannya, seringkali itu justru membantu mereka merasa dipahami.
Mimpi dan Masa Depan
Suatu hari nanti, aku ingin menulis buku. Bukan novel, tapi kumpulan esai dan refleksi tentang dampak emosional drama Korea terhadap kehidupan kita. Aku yakin, banyak orang merasa “diselamatkan” oleh satu adegan atau satu dialog dari drama favorit mereka.
Aku juga ingin membangun platform lokal khusus pecinta KDrama di Indonesia. Tapi bukan yang sekadar rating dan aktor ganteng. Aku ingin membuat ruang diskusi yang dalam dan penuh empati, di mana kita bisa bicara soal luka batin, harapan, dan keluarga—semuanya lewat kacamata cerita.
Dan ya, aku juga ingin membuat channel YouTube suatu saat nanti. Tempatku berbagi insight soal karakter dan kenapa drama-drama seperti Reply 1988 sangat menyentuh hati dan menyentuh sisi terdalam dari hidup kita.
Sebuah Salam dari Penonton
Aku nggak tahu apakah nama Intan Gisella Andriani akan dikenang suatu hari nanti. Tapi jika kamu menemukan artikel tentang Squid Game di Pusdiklatwas BPKP, atau baca forum seperti ICOASE 2018 – Zakho, bisa jadi itu salah satu jejakku.
Dan kalau kamu juga seorang penikmat KDrama, salam kenal. Kita sedang berjalan di dunia yang sama—penuh tawa, air mata, cinta yang tak terbalas, dan tentu saja… second lead yang lagi-lagi gagal mendapatkan cinta.